Biografi Singkat Khalid bin Al-Walid salah satu tokoh terkemuka dan pahlawan umat ini, seorang ksatrianya, sahabat senior Nabi ﷺ. Kita dapat mengutip banyak sekali pelajaran dari biografinya yang wangi semerbak.
Sahabat ini memeluk Islam pada tahun ke-8 Hijrah, serta terlibat dalam puluhan peperangan.
Sejarawan mengatakan tentang dirinya: “Dia tidak pernah dikalahkan dalam pertempuran, baik dalam masa jahiliyah, maupun dalam Islam.” Dia mengatakan tentang dirinya sendiri: “Sembilan pedang patah di tanganku pada perang Mu’tah, dan apa yang tersisa di tanganku hanyalah sebuah Piring Yaman.”[1]Shahih Al-Bukhari, 4265
Ini menunjukkan keberaniannya yang luar biasa, dan kekuatan besar yang Allah tanamkan di tubuhnya, dia adalah seorang panglima tentara Muslim dalam dua pertempuran terkenal yaitu Yamamah dan Yarmuk, melintasi perbatasan dari Irak ke ujung negeri Syam dalam lima malam bersama bala tentaranya, ini merupakan salah satu keajaiban panglima perang ini. Nabi ﷺ menamainya dengan “Pedang Allah yang terhunus” beliau mengatakan: "Pedang dari sekian banyak pedang Allah yang dihunuskan ke orang-orang musyrik dan orang-orang munafik” serta beliau bersabda tentangnya: "Sebaik-baik hamba Allah, dan sebaik saudara laki-laki sesuku"[2]Musnad Imam Ahmad, 1/216
Dia adalah ksatria Islam, Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Qurashi Al-Makhzumi Al-Makki, dia adalah putra dari saudara perempuan ummul mukminin Maymunah binti Al-Harits radliyallahu 'anha. Seorang laki-laki gagah perkasa, berbahu lebar, berbadan tegap, seorang laki-laki yang paling mirip dengan Umar bin Al-Khattab.
Sahabat ini memiliki peran besar yang menunjukkan keberanian dan dukungannya terhadap agama ini, di antaranya adalah perannya dalam perang Mu'tah yang sangat terkenal yang terjadi pada tahun ke-8 Hijriah di tahun yang sama di mana Khalid memeluk agama Islam. Jumlah pasukan kaum muslimin kala itu adalah 3 ribu bala tentara, sedangkan jumlah pasukan Romawi adalah 200 ribu bala tentara; karena jumlah yang tidak seimbang antara kaum muslimin dan musuh mereka inilah kepahlawanan besar umat Islam muncul dalam pertempuran ini.
Rasulullah ﷺ memerintahkan Zaid bin Haritsah untuk memimpin pasukan kaum muslimin, jika ia terbunuh maka diganti oleh Jafar bin Abi Thalib, jika ia terbunuh maka diganti oleh Abdullah bin Rawahah dan para panglima perang tersebut syahid dalam pertempuran ini. Setelah itu Tsabit bin Aqram mengambil panji seraya berkata kepada kaum muslimin: “Angkat seseorang menjadi pemimpin kalian.” Lalu mereka memilih Khalid bin Al-Walid, dan di sinilah nampak keberaniannya yang luar biasa serta kejeniusannya yang tiada tara. Dia menyusun kembali pasukan kaum muslimin, pasukan sayap kanan dipindah ke kiri, dan pasukan sayap kiri dipindah ke kanan, tujuannya agar pasukan musuh tidak mengenali mereka dan berpikir bahwa jumlah pasukan kaum muslimin sangat banyak dengan pasukan baru, kemudian membuat sebagian pasukan kaum sedikit di belakang dan setelah beberapa saat pasukan tersebut datang seakan-akan mereka adalah bala bantuan sehingga mengerdilkan semangat musuh.
Kemudian kaum muslimin melancarkan kampanye besar-besaran melawan Romawi yang membuat mereka mundur serta nyali mereka ciut. Khalid bin Al-Walid menunjukkan keberanian dan kepahlawanan yang tidak dapat dicapai oleh keinginan heroik para pahlawan. Kemudian dengan kepandaian dan kebijaksanaannya dia mengambil cara jitu dalam penarikan mundur kaum muslimin secara tertib, dia merasa cukup dengan pertempuran itu, dia berpikir bahwa umat Islam tidak boleh lagi terlibat dalam pertempuran yang tidak seimbang. Nabi ﷺ menyebut itu sebagai sebuah penaklukan ketika beliau mengenang ketiga pemimpin yang syahid dalam pertempuran tersebut, beliau bersabda: "Satu pedang dari sekian banyak pedang Allah mengambil panji, sampai Allah menjadikan mereka takluk." [3]Shahih Al-Bukhari, 3757
Khalid ikut serta dalam perang melawan kemurtadan serta menyerbu Irak. Dalam hal ini para sejarawan berbeda pendapat tentang alasan kenapa Khalid bin Al-Walid dipinggirkan dari menjadi panglima tentara kaum muslimin di Syam. Mungkin yang paling sesuai adalah apa yang diriwayatkan dari Umar radliallahu 'anhu bahwa dia berkata, "Tidak, kami akan mencabut Khalid sampai orang-orang tahu bahwa Allah memenangkan agamaNya tanpa Khalid."[4]Siyar A'lami An-Nubala', 1/378
Di antara ucapannya yang luar biasa adalah bahwa dia berkata: “Tidak ada malam yang dianugerahkan kepadaku oleh seorang pengantin wanita yang aku cintai, melebihi cintaku pada malam yang sangat dingin, berlimpah salju, di utusan pasukan perang, di mana pagi harinya ada musuh.”[5]Siyar A'lami An-Nubala', 1/375
Dia menulis surat ke Persia di mana dia berkata: “Aku telah membawakan Anda orang-orang yang mencintai kematian seperti halnya orang-orang Persia menyukai minum anggur."
Qais bin Abi Harim berkata: "Aku mendengar Khalid berkata: 'Jihad menghalangiku untuk banyak belajar Al-Qur'an.'"[6]Al-Mathalib Al-Aliyah, 4/277
Abu Az-Zinad berkata: “Ketika Khalid sekarat, dia mulai menangis, dan berkata: 'Aku menyaksikan pertempuran ini dan itu, dan tidak ada sejengkal pun dari tubuhku yang tidak terkena goresan pedang, atau tertancap panah, atau ditikam dengan tombak, dan kini aku sekarat di tempat tidurku sebagaimana unta mati, sehingga mata pengecut tidak tidur.'”[7]Siyar A'lami An-Nubala', 1/382 Khalid berharap agar mati syahid, dan kita berdoa semoga Allah akan menyampaikannya pada derajat tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang benar-benar memohon kepada Allah untuk mati syahid, niscaya Allah akan menyampaikannya ke tingkat orang yang mati syahid sekali pun ia mati di atas tempat tidurnya.”[8]Shahih Muslim, 1909
Ketika dia meninggal, dia hanya meninggalkan kudanya, senjatanya, dan pelayannya, dia menjadikan semua itu di jalan Allah. Ketika hal ini sampai kepada amirul mukminin Umar bin Al-Khattab dia berkata: "Semoga Allah merahmati Abu Sulaiman [kun-yah Khalid bin Al-Walid], dia seperti yang kita pikirkan."[9]Siyar A'lami An-Nubala', 1/383
Demikian juga yang tertuang dalam hadits Umar bin Al-Khattab tentang Zakat: Nabi ﷺ bersabda: "Adapun Khalid, sungguh kalian telah berlaku lalim terhadapnya, ia telah mewakafkan tamengnya di jalan Allah."[10]Shahih Al-Bukhari, 1468
Dia wafat pada tahun 21 Hijriyah di kota Homs, Syam, pada usia 58 tahun.[11]Siyar A'lami An-Nubala', 1/383 semoga Allah meridhainya.[12]Al-Alukah Ats-Tsaqafiyah
↲1 | Shahih Al-Bukhari, 4265 |
---|---|
↲2 | Musnad Imam Ahmad, 1/216 |
↲3 | Shahih Al-Bukhari, 3757 |
↲4 | Siyar A'lami An-Nubala', 1/378 |
↲5 | Siyar A'lami An-Nubala', 1/375 |
↲6 | Al-Mathalib Al-Aliyah, 4/277 |
↲7 | Siyar A'lami An-Nubala', 1/382 |
↲8 | Shahih Muslim, 1909 |
↲9 | Siyar A'lami An-Nubala', 1/383 |
↲10 | Shahih Al-Bukhari, 1468 |
↲11 | Siyar A'lami An-Nubala', 1/383 |
↲12 | Al-Alukah Ats-Tsaqafiyah |