Biografi Singkat Imam Abu Hanifah

9 Juli 2021
Baca 3 menit
702 Views

Daftar Isi

Biografi singkat imam Abu Hanifah, pendiri madzhab Hanafiyah yang banyak tersebar di Turki, Iraq, Pakistan, India, dan sekitarnya.

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha bin Maah At-Taimi dengan wala’ Al-Kufi, imam faqih bagi umat Islam, salah satu dari sekian banyak imam besar dalam agama Islam, salah satu pemuka bagi umat ini. [1]Siyar A’laami An’Nubalaa’, 6/390-402

Kelahiran dan Tumbuh Kembangnya

Imam Abu Hanifah rahimahullah dilahirkan pada tahun 80 H di Kufah pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, beliau sezaman dengan beberapa sahabat junior seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Abi Aufa, Sahl bin Sa’d As-Sa’idi dan Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah radliyallahu ‘anhum, akan tetapi Abu Hanifah tidak berjumpa dengan seorang pun dari mereka menurut pendapat yang shahih.

Abu Hanifah besar di Kufah, selama masa tumbuh kembangnya tidak tampak kecenderungannya akan ilmu, juga tidak tampak bahwa dirinya ingin menuntut ilmu, masa pertumbuhannya disibukkan dengan perdagangan dan berjual beli. Beliau adalah seorang tukang pakaian dan menjualnya hingga pada akhirnya beliau berjumpa dengan Imam Asy-Sya’bi rahimahullah di mana Imam Asy-Sya’bi melihat kecerdasan dan ketajaman berpikirnya lalu Imam Asy-Sya’bi menyarankan agar Abu Hanifah menuntut ilmu, mengikuti majelis ulama. Saran dari imam Asy-Sya’bi mengena di hati Abu Hanifah yang pada akhirnya membuatnya ingin menuntut ilmu dan bermulazamah dengan gurunya Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah.

Di Antara Guru-gurunya yang Paling Terkenal

Zaman Abu Hanifah sarat dengan ulama-ulama terkemuka dari golongan tabi’in dan lainnya, beliau belajar banyak dari mereka, di antara guru-guru Abu Hanifah yang paling terkenal adalah:

  • Atha’ bin Abi Rabah (114 H), beliau adalah guru paling senior dan yang paling utama seperti yang diungkapkan oleh Abu Hanifah sendiri.[2]Siyar A’laami An-Nubalaa’, 6/391
  • Asy-Sya’bi (104 H)
  • Amr bin Dinar (126 H)
  • Nafi’ maula Ibnu Umar (117 H)
  • Qatadah bin Da’amah (118 H)
  • Ibnu Syihab Az-Zuhri (124 H)
  • Muhammad bin Al-Munkadir (130 H)
  • Hisyam bin Urwah (146 H)
  • Hammad bin Abi Sulaiman, guru senior imam Abu Hanifah di mana Abu Hanifah menguasai fiqh darinya, beliau adalah gurunya yang paling berpengaruh bagi Abu Hanifah di mana Abu Hanifah bermulazamah dengan halaqah beliau selama 18 tahun yang kemudian Abu Hanifah mewarisi halaqah tersebut sepeninggalnya.

Murid-muridnya yang Paling Terkenal

Dari sekian banyak murid Abu Hanifah yang paling terkenal adalah:

  • Al-Qadli Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al-Anshari (182 H)
  • Zufar bin Al-Hudzail Al-Anbari At-Tamimi (158 H)
  • Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani (189 H)
  • Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu’lu’i (204 H)
  • Abdullah bin Al-Mubarak (181 H)
  • Waki’ bin Al-Jarrah (197 H).[3]Manaqib Abi Hanifah, 2/132-133

Karya-karyanya

Sekalipun Abu Hanifah adalah seorang imam besar yang memiliki ilmu begitu luas serta memiliki keistimewaan di bidang fiqh, akan tetapi Abu Hanifah bukanlah orang yang begitu perhatian untuk menyusun dan menulis kitab, hal itu disebabkan beliau sangat sibuk di bidang fatwa, serta sangat sibuk mengajar. Namun demikian beliau memiliki karya-karya kecil seperti:

  • Kitab Al-Fiqhu Al-Akbar, kitab di bidang akidah.
  • Kitab Al-Alim wa Al-Muta’allim.

Ujian yang Dialami Abu Hanifah

Sudah sunnatullah bahwa Allah menguji para waliNya dari golongan nabi dan orang-orang shalih untuk mengangkat derajat mereka serta menambah pundi-pundi kebaikan mereka, dan imam Abu Hanifah tidak luput dari itu, imam Abu Hanifah mendapat ujian saat dipaksa untuk menjadi qadli sedang beliau enggan melakukannya karena wara’nya serta ingin mencari keselamatan dalam beragama, Ibnu Al-Mubarak pun sampai berkata: “Aku tidak melihat seorang pun yang lebih wara’ dari Abu Hanifah, beliau telah teruji dengan cambuk dan harta.”[4]Tarikh Baghdad, 15/491

Ujian ini beliau rasakan sebanyak dua kali, yang pertama pada masa Dinasti Umawiyah dan yang kedua pada Dinasti Abbasiyah.

Adapun ujian yang menimpanya pada masa Dinasti Umawiyah itu terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir dari Bani Umayyah, pada saat itu Yazid bin Amr bin Hubairah Al-Fazari meminta Abu Hanifah untuk menjadi qadli di Kufah, namun Abu Hanifah menolak dan beliau pun dicambuk sebanyak 110 kali, setiap hari 10 cambukan karena penolakannya untuk menjadi qadli.

Adapun ujian yang menimpa Abu Hanifah bada masa Dinasti Abbasiyah itu terjadi pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur di mana dia meminta Abu Hanifah untuk menjadi qadli namun beliau menolak seperti sebelum-sebelumnya, Al-Manshur bersumpah bahwa Abu Hanifah pasti akan mau dan Abu Hanifah pun bersumpah bahwa dirinya pasti menolak. Kemudian seseorang berkata kepadanya: “Tidakkah engkau melihat amirul mukminin bersumpah?” Lalu Abu Hanifah berkata: “Amirul mukminin lebih sanggup untuk membayar kaffarah sumpah-sumpahnya.” Abu Hanifah tetap menolak untuk menjadi qadli hingga pada akhirnya Al-Manshur memerintahkan agar Abu Hanifah dipenjara.[5]Manaqib Abi Hanifah, 26

Abu Hanifah Wafat

Abu Hanifah wafat di dalam penjara di Baghdad pada tahun 150 H, kala itu beliau berusia 70 tahun. Beliau dishalatkan dalam 6 gelombang saking banyak dan sesaknya orang-orang, beliau dimakamkan di pemakaman Al-Khaizuran di Baghdad.[6] Mudzakkirah Tarikh Al-Fiqh, Umar bin Abdul Aziz Al-Ghudayyan, (Hal 68-70)

Demikan biografi singkat imam Abu Hanifah, semoga bermanfaat untuk kita semua.[7]Baca juga di sini

Referensi

Referensi
1Siyar A’laami An’Nubalaa’, 6/390-402
2Siyar A’laami An-Nubalaa’, 6/391
3Manaqib Abi Hanifah, 2/132-133
4Tarikh Baghdad, 15/491
5Manaqib Abi Hanifah, 26
6 Mudzakkirah Tarikh Al-Fiqh, Umar bin Abdul Aziz Al-Ghudayyan, (Hal 68-70)
7Baca juga di sini
Tags:

Penulis: Mohammad Ridwanullah

Founder www.zaad.my.id | Author | Web Developer | Alumni Darul Ihsan Sana Daja & Ma'had Al-Ittihad Al-Islami Camplong. Melanjutkan pendidikan S1 Fakultas Syariah di LIPIA Jakarta. Melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Syariah jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh di LIPIA Jakarta.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

file-adduserslaptop-phoneclockdownloadmagnifiercrossmenulistchevron-leftchevron-right linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram